Beranda > Pendidikan, Umum > SUPERVISI AKADEMIK

SUPERVISI AKADEMIK

SUPERVISI AKADEMIK:
Pembelajaran

… keterampilan, penghargaan, dan penalaran pada orang, dengan segala keanekaragamannya yang luas, demikian pun halnya dengan harapan, cita-cita, sikap, dan nilai-nilai yang dianut orang, perkembangan secara umum diketahui sebagian besar bergantung pada peristiwa yang disebut belajar dan pembelajaran.

PEMBELAJARAN
Secara tradisional, pembelajaran itu meliputi pengajar, pebelajar, dan buku teks. Isi yang harus dipelajari sudah termuat di dalam buku teks. Dan menjadi tanggung jawab pengajar untuk “memasukkan” isi buku teks tersebut ke kepada pebelajar. Mengajar ditafsirkan sebagai memasukkan isi atau bahan-bahan dari buku itu ke kepala siswa sedemikian rupa sehingga mereka pada saatnya akan mengeluarkan kembali segala infor-masi yang diterima dalam bentuk tes. Dengan model ini, cara memperbaiki pengajaran ialah dengan jalan memperbaiki gurunya, yaitu meminta guru belajar lebih banyak pengetahuan dan belajar lebih banyak metode untuk menyampaikan kepada pebelajar.
Pandangan tentang proses pembelajaran yang lebih baru ialah bahwa pembelajaran itu suatu proses yang sistematik untuk menyediakan sumber belajar agar terjadi proses belajar pada pebelajar. Terminologi pembelajaran berasal dari kata belajar. Pembelajaran adalah suatu disiplin yang me-naruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki proses belajar. Sasaran utamanya adalah mempreskripsikan strategi yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar. Pembelajaran ada-lah upaya menata lingkungan eksternal atau fasilitasi agar terjadinya be-lajar pada pebelajar (learner). Upaya menata lingkungan dilakukan melalui penyediaan sumber-sumber belajar. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah perubahan perilaku terjadinya belajar pada pebelajar, bukan Guru yang telah menyampaikan informasi (mengajar?). Guru bukan satu-satunya sumber belajar, karena pebelajar dapat belajar dari berbagai sumber belajar lainnya melalui: pakar, praktisi, Siswa (pebelajar) lain, masyarakat, buku, jurnal, majalah, koran, internet, CD ROM, televisi, video, radio, dan sebagainya. Semua sumber-sumber belajar tersebut berorientasi agar proses belajar menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik agar pebelajar tetap “betah” belajar. Dengan demikian, tujuan utama pembelajaran adalah membantu pebelajar –orang yang sedang belajar, pelajar, Siswa atau Guru yang sedang belajar– untuk belajar. Guru sebagai pengelola pembelajaran perlu merancang agar belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih menyenangkan.
Pembelajaran berbasis kompetensi umumnya digunakan pada pen-didikan vokasional dan program pelatihan dalam jabatan untuk mening-katkan unjuk kerja pegawai. Unjuk kerja apa atau kompetensi-kompetensi apa saja dari para peserta pelatihan sudah ditentukan terlebih dahulu se-belum dimulainya suatu program pendidikan atau pelatihan. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang berorientasi pada tujuan, berkaitan dengan kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai setelah ber-akhirnya suatu program pembelajaran.
Kunci utama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis kompetensi adalah pengetahuan Guru sebagai orang yang membelajarkan dalam menggunakan metode yang paling tepat untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan karakteristik pebelajar. Oleh karena itu ada 6 (enam) faktor yang harus dipertimbangkan dalam menen-tukan metode pembelajaran, yaitu: pebelajar (siapa pebelajarnya?) isi (apa isi yang diajarkan: fakta, konsep, prinsip, dsb?) tujuan (pengetahuan, si-kap, perilaku?) lingkungan belajar (di kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan?) Guru (siapa Gurunya?) sumber belajar (buku, video, komputer, teman sebaya?).
Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pende-katan pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan –yang disebut sebagai abad pengetahuan– bahwa pebelajar dapat belajar: di mana saja, artinya pebelajar dapat belajar di kelas, di perpustakaan atau di rumah; kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan sekolah bisa pagi, siang sore atau malam; dengan siapa saja, pebelajar memperoleh sumber belajar melalui Guru, Guru lain, pakar, praktisi atau masyaarakat; melalui apa saja, pebelajar dapat belajar melalui internet, CD ROM, radio, televisi, laboratorium, dan pengalaman langsung. Perbandingan pembelajaran tradisional dan pembelajaran berbasis kompetensi disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Perbandingan Pembelajaran Tradisional dengan Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Komponen Pembelajaran
Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Penetapan Tujuan • Kurikulum tradisional
• Buku teks
• Acuan internal • Penilaian kebutuhan
• Analisis pekerjaan
• Acuan eksternal
Tujuan • Dinyatakan dalam hasil secara umum atau menurut apa yang diperbuat guru • Dari penilaian kebutuhan/analisis pekerjaan

• Sama untuk semua siswa • Dinyatakan dalam performansi siswa
• Dipilih dengan memperhatikan kemampuan awal siswa
Penetahuan Siswa tentang Tujuan • Tidak diberitahukan; harus bisa ditangkap dari kuliah atau buku teks • Diberitahukan secara khusus sebelum pelajaran dimulai
Kemampuan Prasyarat Siswa • Tidak diperhatikan
• Semua siswa mempunyai tujuan/material kegiatan yang sama • Diperhatikan
• Siswa belajar dengan tujuan dan bahan/ kegiatan yang berbeda-beda
Hasil belajar yang diharapkan • Merupakan kurve normal • Tinggi dan seraga
Penguasaan Tuntas • Sedikit siswa yang mencapai sebagian besar tujuan
• Berpola untung-untungan • Sebagian besar siswa mencapai sebagian besar tujuan
Program Perbaikan • Seringkali tidak terencana
• Tidak ada pengubahan tujuan atau cara mengajar • Direncanakan bagi siswa yang memerlukan bantuan
• Mengejar tujuan lain
• Menggunakan cara mengajar alternatif
Penggunaan Tes • Untuk pemberian angka nilai • Untuk memantau kemajuan siswa
• Untuk menentukan ketuntasan belajar
• Untuk mendiagnosa kesulitan belajar
• Untuk perbaikan pembelajaran
Waktu belajar VS Penguasaan Belajar • Waktu tetap; penguasaan belajar beragam • Penguasaan belajar tetap; waktu beragam
Tafsiran kegagalan siswa mencapai penguasaan belajar • Siswa bodoh • Guru perlu memperbaiki pembelajaran
Pengembangan bidang studi • Pertama-tama memilih bahan ajar • Pertama-tama merumuskan tujuan pembelajaran, kemudian memilih bahan ajar
Media pembelajaran • Dipilih atas dasar kesukaan dan ketersediannya • Didasarkan atas tujuan dan karakteristik siswa
• Didasarkan atas teori-teori dan penelitian tentang pembelajaran
• Keefektifannya harus dapat diuji
Pengurutan pembelajaran • Didasarkan atas logika isi dan kerangka garis besar pokok bahasan dalam buku teks • Didasarkan atas adanya prasyarat-prasyarat yang diperlukan dan asas belajar
Strategi pembelajaran • Apa yang dianggap sudah baik berlaku secara umum
• Atas dasar kesukaan dan sudah dikenal baik • Dipilih untuk dapat mencapai tujuan
• Menggunakan berbagai strategi
• Atas dasar teori dan penelitian
Penilaian • Sering tidak dilakukan; jarang direncanakan secara sistematik
• Acuan norma • Direncanakan secara sistematik; dilaksanakan secara rutin
• Menilai pencapaian/ penguasaan tuntas tujuan oleh siswa
• Acuan criteria
• Data tentang hasil belajar
Perbaikan pembelajaran dan media • Berdasarkan terkaan dan apakah tersedia alat Bantu mengajar baru
• Dilakukan kadangkala • Bedasarkan data peni-laian
• Dilakukan secara rutin

TAKSONOMI PEMBELAJARAN
Deskripsi tentang kompetensi sebagai hasil belajar banyak dikemukakan para ahli, dengan sudut pandang dan terminologi masing-masing, beberapa diantara yang banyak dikenal antara lain Bloom (1979), Merrilll (1983) dan Gagne (1985).
Taksonomi Tujuan Pendidikan dari Bloom
Bloom dkk. (1979) mendeskripsikan aspek-aspek tujuan pendidikan yang disebut taxonomy of educational objectives sebagai sasaran pemben-tukan. Taksonomi tujuan pendidikan tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu:
• ranah kognitif,
• ranah afektif, dan
• ranah psikomotorik
Ranah kognitif mempunyai enam tingkatan, dari tingkat paling rendah yang menunjukkan kemampuan sederhana, sampai tingkat paling tinggi yang menunjukkan kemampuan lebih kompleks. Keenam tingkatan itu, ialah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakan kemampuan tingkat paling rendah, kemudian berturut-turut kemampuan yang lebih tinggi ialah pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan psikomotor dan ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai.

Component Display Theory dari Merrill
Sementara itu, Merrill (1983) mengajukan teori yang dinamakan Component Display Theory untuk memberi penjelasan tentang hasil belajar. Menurut Merrill, hasil belajar pada dasarnya terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi unjuk kerja.
Dimensi isi terdiri atas empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Fakta adalah suatu informasi yang masing-masing berdiri sendiri seperti halnya nama, tanggal atau peristiwa. Nama adalah simbol yang digunakan untuk menjelaskan suatu objek. Konsep adalah suatu kelompok objek, peristiwa atau symbol yang semuanya mempunyai karak-teristik dan dapat diidentifikasi dengan nama yang sama. Prosedur adalah urutan tindakan langkah demi langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha memecahkan masalah atau menghasilkan suatu produk tindakan itu berurutan, misalnya langkah 1, 2, 3 dan seterusnya. Prinsip adalah suatu hubungan sebab akibat atau saling berhubungan antar konsep yang digunakan untuk menginterpretasikan keadaan.
Dimensi unjuk kerja terdiri atas tiga jenis, yaitu: mengingat, meng-gunakan, dan menemukan. Mengingat adalah unjuk kerja untuk meng-ingat informasi-informasi yang telah diperolehnya dalam memori jangka panjang. Menggunakan adalah untuk kerja yang mempersyaratkan maha-siswa untuk mengaplikasikan berbagai abstraksi dalam berbagai masalah. Menemukan adalah unjuk kerja yang mempersyaratkan Siswa menemukan hal baru melalui kegiatan analisis dan sintesis.
Kedua dimensi tersebut kemudian dihubungkan, sehingga dapat diklasifikasikan hubungan dimensi isi dan unjuk kerja. Hubungan kedua-nya disilangkan menjadi sepuluh jenis, yaitu: mengingat fakta, mengingat konsep, mengingat prosedur, mengingat prinsip, menggunakan konsep, menggunakan prosedur, menggunakan prinsip, menemukan konsep, menemukan prosedur, dan menemukan prinsip (lihat diagram berikut).

Menemukan

Menggunakan

Mengingat

Fakta Konsep Prosedur Prinsip

Kapabilitas Belajar dari Gagne
Kupasan Gagne atas hasil belajar pada manusia menemukan ada-nya lima golongan kompetensi, yaitu: informasi verbal, keterampilan in-telektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Ragam belajar ini menggambarkan kapabilitas dan unjuk berbuatan yang berlainan. Kelima ragam belajar tersebut masing-masing diperoleh dengan cara yang berbeda. Artinya, masing-masing memerlukan keterampilan prasyarat yang berbeda dan perangkat langkah proses kognitif yang berbeda pula.

Ikhtisar kelima ragam belajar tersebut disajikan dalam table berikut.

Tabel 2. Lima Ragam Kapabilitas Belajar, Kinerja Unjuk Kerja,
dan Contoh
Kategori Kapabilitas Belajar Kapabilitas Kinerja/ unjuk kerja Contoh
Informasi Verbal Pengungkapan informasi yang disimpan (fakta, label) Menyatakan atau mengkomunikasikan informasi Menjelaskan definisi pencemaran lingkungan
Keterampilan Intelektual Operasi mental yg memungkin-kan merespon terhadap lingkungan Berinteraksi dengan lingkungan menggunakan lambing Membedakan warna merah dan biru; menghitung luas segi tiga
Strategi Kognitif Proses pengontrolan yang mengatur berpikir dan belajar pada diri pebelajar Mengelola secara efisien kegiatan mengingat, berpikir dan belajar Membuat satu set kartu catatan untuk penulisan karya ilmiah
Keterampilan Motorik Kemampuan dan kemulusan dalam melakukan serangkaian gerakan fisik Mendemonstrasikan serangkaian gerakan fisik atau tindakan Mengikat tali sepatu; menirukan cara menari Inul Daratista
Sikap Melakukan tindakan positif atau negatif terhadap orang, objek atau peristiwa Memilih tindakan pribadi untuk mendekati atau menjauhi orang, objek atau peristiwa Memilih mengunjungi museum seni dari pada menonton konser musik dangdut

VARIABEL-VARIABEL PEMBELAJARAN
Menurut Reigeluth (1983) ada 3 variabel penting dalam pembelajar-an, yaitu: (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
Kondisi pembelajaran
Kondisi pembelajaran didefinisikan sebagai faktor-faktor yang mem-pengaruhi penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil belajar. Yang dimasukkan dalam klasifikasi variabel ini adalah tujuan pembe-lajaran, karakteristik bidang studi, kendala, dan karakteristik pebelajar.
Tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada hakekatnya menga-cu kepada hasil pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembe-lajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu, dan berikutnya semua upaya pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi 2 jenis, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Umum: pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Tujuan ini diacukan kepada keseluruhan isi bidang studi. Oleh karena itu, tujuan umum akan banyak mempengaruhi strategi pengorganisasian makro. Tujuan Khusus: pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Tujuan ini diacukan pada konstruk tertentu (apakah fakta, konsep, prosedur, atau prinsip) dari bidang studi. Oleh karena itu, tujuan khusus akan banyak mempengaruhi strategi pengorganisasian mikro.
Karakteristik bidang studi. Karakteristik bidang studi pada haki-katnya mengacu kepada struktur bidang studi dan tipe isi. Struktur bidang studi diperlukan untuk kepentingan pengembangan strategi pengorgani-sasian pembelajaran yang optimal, yaitu yang berkaitan dengan pemilihan, penataan urutan, pembuatan rangkuman, dan sintesis bagian-bagian bidang studi yang terkait. Tipe isi berkaitan dengan jenis isi yang meliputi: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Kendala pembelajaran. Kendala didefinisikan sebagai keterbatasan sumber-sumber belajar, seperti: waktu, media, personalia, dan uang.
Karakteristik pebelajar. Karakteristik pebelajar didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorang yang sdang belajar (mahaSiswa (pebelajar)). Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, motivasi, perilaku, ke-biasaan, kemampuan awal, status sosial ekonomi, dan sebagainya.

Metode pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Metode pembelajaran ini diacukan sebagai cara-cara yang dapat digunakan dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Cara-cara ini disebut juga sebagai strategi pembelajaran. Variabel metode atau strategi pembelajaran ini merupakan variabel yang paling esensial akan keberadaan pembelajaran. Karena variabel kondisi dan variabel tujuan merupakan variabel yang tidak bisa diubah dan harus diterima sebagai barang jadi, dan selanjutnya dipakai sebagai pijakan kerja. Peluang yang tinggal hanyalah bagaimana bagaimana memanipulasi variabel metode pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Variabel metode pembelajaran diklasifikasi menjadi 3 jenis, yaitu: (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan.
Strategi Pengorganisasian Pembelajaran. Adalah metode untuk mengor-ganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, pe-nataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya yang setingkat dengan itu. Strategi pengorganisasian pembelajaran lebih lanjut dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: strategi makro dan strategi mikro. Strategi makro: mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi mikro: mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran (apakah konsep, prinsip, atau prosedur) yang saling berkaitan. Pemilihan isi, berdasarkan tujuan pem-belajaran yang ingin dicapai, mengacu kepada penetapan konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, atau prosedur-prosedur yang diperlukan untuk men-capai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu kepada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep-konsep, atau prinsip-prinsip yang akan diajarkan. Pembuatan sistesis mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep, atau prinsip-prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan ten-tang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep-konsep, atau prinsip-prinsip serta kaitan-kaitan yang sudah diajarkan.
Strategi Penyampaian. Strategi penyampaian isi pembelajaran meru-pakan komponen variabel metode untuk melaksanakan program pembe-lajaran. sekurang-kurangnya ada 2 fungsi dari strategi ini, yaitu: (1) me-nyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi/bahan-bahan yang diper-lukan pebelajar untuk menampilkan unjuk-kerja (seperti latihan dan tes). Strategi penyampaian mencakup ling-kungan fisik, Guru, bahan-bahan pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Atau, dengan kata lain, media merupakan satu komponen penting dari strategi penyampaian pembe-lajaran. Itulah sebabnya, media pembelajaran merupakan bidang kajian utama strategi ini.
Secara lengkap ada 3 komponen yang perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian: (1) media pembelajaran, (2) inter-aksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk/struktur belajar mengajar. Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar, apakah itu orang, alat, atau bahan. Ada 5 cara dalam mengklasifikasi media pembelajaran untuk keperluan mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu: (1) tingkat kecermatan representasi, (2) tingkat interaktif yang mampu ditim-bulkannya, (3) tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya, (4) tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya, dan (5) tingkat biaya yang diperlukan. Interaksi pebelajar dengan media adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh pebelajar dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar itu. Bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada apakah Siswa (pebelajar) belajar dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan, ataukah mandiri.
Strategi Pengelolaan. Strategi pengelolaan pembelajaran merupa-kan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak ada 4 klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu: (1) penjadwalan, (2) pembuatan catatan ke-majuan belajar, (3) pengelolaan motivasi, dan (4) kontrol belajar. Pen-jadwalan penggunaan strategi pembelajaran mengacu kepada kapan dan berapa kali suatu strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi pembelajaran dipakai dalan suatu situasi pembelajaran. Pembuatan ca-tatan kemajuan belajar mengacu kepada kapan dan berapa kali penilaian hasil belajar dilakukan, serta bagaimana prosedur penilaiannya. Peng-elolaan motivasional mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk me-ningkatkan motivasi belajar pebelajar. Kontrol belajar mengacu kepada kebebasan pebelajar dalam melakukan pilihan tindakan belajar.
Hasil pembelajaran
Hasil pembelajaran didefinisikan sebagai semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pembelajaran tertentu. Bila acuan pembelajaran adalah pada efek atau hasil pembelajaran yang diinginkan, maka hasil ini harus ditetapkan lebih dulu sebelum mene-tapkan metode pembelajaran. Jadi, metode pembelajaran yang dipilih ada-lah metode yang optimal untuk mencapai hasil yang ditetapkan tadi. Pada tingkat yang umum, hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi 3, yaitu: (1) keefektifan, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.
Keefektifan pembelajaran. Pengukuran kefektifan pembelajaran harus selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Ada 7 indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keefektifan pembe-lajaran, yaitu: (1) kecermatan penguasaan perilaku, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) kesesuaian dengan prosedur, (4) kuantitas unjuk kerja, (5) kualitas hasil akhir, (6) tingkat alih belajar, dan (7) tTingkat retensi.
Efisiensi pembelajaran. Efisiensi pembelajaran diukur melalui rasio antara kefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran dan/atau sumber-sumber belajar yang di-gunakan. Dengan demikian ada 3 indikator untuk mentukan tingkat efisiensi, yaitu: (1) waktu, (2) personalia, dan (3) sumber belajar. Berapa jumlah waktu yang dibutuhkan oleh pebelajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan? Berapa jumlah personalia yang terlibat dalam pelak-sanaan pembelajaran? Bagaimana penggunaan sumber belajar yang diran-cang untuk pembelajaran? Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi program pembelajaran.
Daya tarik. Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan pebelajar untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembe-lajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang studi. Namun demikian, daya tarik bidang studi, dalam penyampaiannya, akan banyak tergantung pada kualitas pembelajarannya. Untuk mempreskripsikan daya tarik pem-belajaran sebagai hasil pembelajaran, maka tekanan diletakkan pada kualitas pembelajaran, bukan pada daya tarik bidang studi.
Pada dasarnya setiap bidang studi memiliki daya tarik tersendiri, meskipun daya tarik ini amat tergantung pada karakteristik pebelajar, seperti: bakat, kebutuhan, minat, serta kecenderungan-kecenderungan atau pilihan-pilihan perse-orangan lainnya. Suatu bidang studi memiliki daya tarik tinggi bisa karena sesuai dengan bakat Siswa (pebelajar), atau dibutuhkan secara pri-badi oleh pebelajar, atau karena sekedar minat. Daya tarik inilah yang menyebabkan pebelajar ingin mempelajari bidang studi itu. Namun kecenderungan ini, bagaimanapun juga, dipengaruhi oleh bagaimana bidang studi itu diorganisasi dan disampaikan kepada pebelajar. Merupakan tugas pembelajaran untuk menunjukkan daya tarik suatu bidang studi kepada pebelajar. Pembelajaran dapat mengubah semuanya. Suatu bidang studi bisa kehilangan daya tariknya karena kualitas pembe-lajaran yang rendah.
Kualitas pembelajaran selalu terkait dengan peng-gunaan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran, di bawah kondisi pembelajaran tertentu. Ini berarti, bahwa untuk mencapai kualitas pembelajaran yang tinggi, bidang studi harus diorga-nisasi dengan strategi pengorganisasian yang tepat, selanjutnya disam-paikan kepada pebelajar dengan strategi penyampaian yang tepat pula. Variabel penting yang dapat digunakan sebagai indikator daya tarik pembelajaran adalah penghargaan dan keinginan lebih (lebih banyak atau lebih lama) yang diperlihatkan oleh pebelajar. Kedua indikator ini dapat dikaitkan, baik pada bidang studi, maupun pada pembelajaran.
Penghargaan dan keinginan untuk lebih banyak mempelajari isi bi-dang studi, merupakan hasil pembelajaran yang bukan hanya disebabkan oleh daya tarik bidang studi, tetapi terutama disebabkan oleh kualitas pembelajaran yang mampu menciptakan peng-hargaan dan keinginan itu. Oleh karena itu, maka titik awal pengukuran daya tarik, sebagai hasil pembelajaran haruslah diletakkan pada variabel metode pembelajaran: strategi pengorganisasian, penyampaian, dan pengelolaan pembelajaran. Variabel inilah yang paling menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.
Penjelasan terhadap ketiga variabel tersebut di atas disajikan oleh Degeng (1989) sebagai berikut.

Diagram 1 Variabel-variabel Pembelajaran (Reigeluth, 1988)

Variabel-variabel pembelajaran, sub variable, dan indicator pembelajaran sebagaimana telah dideskripsikan di atas disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Variabel, Sub Variabel, dan Indikator Pembelajaran

VARIABEL SUB-VARIABEL INDIKATOR
Kondisi Pembelajaran Karakteristik Bidang Studi
 Tujuan
 Tingkat kesulitan
 Tipe Isi
Kendala  Waktu
 Media
 Personalia
 Uang
 Fasilitas
Karakteristik MahaSiswa (pebelajar)  Motivasi Berprestasi
 Kemampuan berpikir
 Intelegensi
 Bakat/minat
 Kebiasaan belajar

Metode Pembelajaran Strategi Pengorga-nisasian (Makro)  Pemilihan isi
 Penataan Isi
 Sintesis
 Rangkuman
Strategi Penyampaian
(Media)  Media
 Interaksi Belajar Mengajar
 Format belajar
Strategi Pengelolaan  Penjadwalan kegiatan belajar
 Catatan kemajuan belajar
 Kontrol belajar
Hasil Pembelajaran Keefektifan  Kecermatan
 Kecepatan unjuk kerja
 Tingkat alih belajar
 Tingkat Retensi
 Kesesuaian dengan prosedur
Efisiensi  Rasio hasil dengan waktu
 Rasio hasil dengan biaya
Daya tarik  Kecenderungan tetap belajar
 Partisipasi
 Penghargaan

KEPUSTAKAAN

Degeng, S.N. 1989. Ilmu Pengajaran dan Taksonomi Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK.
Ely, G. 1979. Instructional Design and Development. New York: University Pub-lication.
Reigeluth, C.M. 1976. In Search on Better Way to Organized Instruction: The Elaboration Theory. Journal of Instructional Development. 2(III) 8-15.
Twelker, P.A. 1972. The Systematic Develompment of Instructional: A Overview and Basic Guide to the Literature. Eric Clearing House on Media and Technology.

Dr. Wasis D. Dwiyogo, M.Pd
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar